Letak Masjidil Haram dan Keistimewaannya untuk Umat Muslim Dunia

Hari ini Jumat, 22 Desember 2023 diperingati sebagai Hari Ibu Nasional. Peringatan Hari Ibu atau Mother’s Day adalah hari peringatan terhadap peran dan jasa seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak, maupun lingkungan sosialnya. Setiap kata yang terucap, terutama dari seorang ibu, memiliki kekuatan doa yang luar biasa.

Ada sebuah kisah inspiratif dari seorang bocah mungil yang tengah asyik bermain tanah. Sementara itu sang ibu sibuk menyiapkan jamuan makan yang diadakan oleh sang ayah. Sang tamu dan tuan rumah telah menghadap hidangan makanan ketika makanan siap tersaji di ruang tamu. Saat acara hendak dimulai, tiba-tiba kedua tangan mungil itu menggenggam debu dan menaburkan debu itu diatas hidangan yang tersaji.

Marah pun menyelimuti hati sang ibu ketika melihat hal tersebut, namun sang ibu tetap memilih untuk mengucapkan kata-kata bijak, “Idzhab. Ja’alaka imaaman lilharamain.” yang artinya Pergi kamu. Biar kamu jadi imam di haramain.

Baca Juga : Tahun 2023 Sudah Mencapai Penghujungnya: Sudahkah Kita Muhasabah Diri?

Siapa sangka bahwa anak kecil yang mendengar ucapan tersebut kini telah dewasa dan menjadi Imam Masjidil Haram yang terkenal, Syekh Abdurrahman as-Sudais. MasyaAllah. Doa seorang ibu yang diucapkan dalam momen kemarahan ternyata bisa menjadi doa yang membuka pintu kesuksesan bagi Imam Masjidil Haram yang nada tartilnya menjadi favorit kebanyakan kaum Muslimin di seluruh dunia.

Syekh Abdurrahman as-Sudais berasal dari Bani Anza dan telah hafal al-Qur’an pada berusia 12 tahun. Beliau tumbuh besar di Riyadh, mengikuti pendidikan di SD Al-Muthana bin Harits, kemudian melanjutkan kuliah di Riyadh Scientific Institution. Syekh Abdurrahman as-Sudais berhasil lulus pada tahun 1979, saat usianya 17–18 tahun, dengan prestasi yang baik. Beliau meraih ijazah Syariah dari Universitas Riyadh pada tahun 1983, ketika usianya 21–22 tahun, dan menjadi anggota PPI (Pengetahuan Pokok Islam), menjalani peran sebagai pemberi ceramah atau dosen.

Imam besar tersebut mendalami studi Islam di bawah bimbingan gurunya di Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud pada tahun 1987, pada usia 25–26 tahun, dan meraih gelar Ph.D. Beliau aktif di Universitas Syariah Islam Ummul Qura sejak tahun 1995, pada usia 33–34 tahun, mengemban peran sebagai asisten profesor setelah aktif di Universitas Riyadh.

Kisah ini menjadi bukti nyata bahwa setiap doa ibu adalah doa yang mustajab. Meski dalam marah sekalipun, ucapan ibu seperti doa yang menggema di hadapan Allah SWT. Oleh karena itu, hendaknya bagi para ibu, calon ibu, ataupun orang tua selalu mengucapkan dan mendoakan kebaikan untuk anak-anaknya. Ini menjadi sebuah pengingat penting untuk lebih menjaga lisan, karena setiap kata yang terucap adalah doa. Sebandel dan senakal apapun anak jangan sampai terucap suatu perkataan yang tidak baik pada anak apalagi mendoakan yang tidak baik. Na’udzubillah.

Doa seorang ibu adalah senjata ampuh yang terus menyertai anak-anaknya. Kisah Syekh Abdurrahman as-Sudais mengingatkan kita bahwa kesuksesan yang diraih dapat bersumber dari doa ibu yang tulus dan tanpa batas.

Banyak orang sukses di dunia ini karena mereka tidak hanya menjalin hubungan baik, tetapi juga memuliakan kedua orang tuanya, terutama ibu. Sebagai seorang anak, berdoa, berbakti dan bersyukur atas jasa ibu juga harus dilakukan, tidak terbatas pada saat peringatan hari ibu, melainkan setiap saat dan sepanjang hayat, bahkan ketika ibu sudah meninggal dunia. Ini karena ridha Allah SWT terletak pada ridha orang tua.

Doa yang diucapkan oleh seorang ibu sangatlah dahsyat, mampu menembus langit dengan mudah. Sehingga, tidaklah mengherankan jika doa seorang ibu yang dipanjatkan untuk anaknya dapat dengan sangat mudah dikabulkan oleh Allah SWT.

Sumber : NU Online

Dalam perjalanan menuntut ilmu, seorang pelajar atau murid membutuhkan orang alim yang biasa disebut kiai, dosen, atau guru. Dalam berinteraksi dengan guru, adab murid sangat perlu diperhatikan untuk memperoleh ridho dan keberkahan dari guru. Imam al-Ghazali, seorang cendekiawan muslim terkemuka, memberikan panduan adab (etika) bagi murid dalam berinteraksi dengan gurunya.

Adab-adab ini tidak hanya mencerminkan kesopanan, tetapi juga membentuk hubungan yang sehat dan penuh hormat antara murid dan guru. Sebagaimana dinasihatkan oleh Imam al-Ghazali dalam risalahnya berjudul al-Adab fid Din dalam Majmu’ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 431) sebagai berikut:

آداب المتعلم مع العالم: يبدؤه بالسلام ، ويقل بين يديه الكلام ، ويقوم له إذا قام ، ولا يقول له : قال فلان خلاف ما قلت ، ولا يسأل جليسه في مجلسه ، ولا يبتسم عند مخاطبته ، ولا يشير عليه بخلاف رأيه ، ولا يأخذ بثوبه إذا قام ، ولا يستفهمه عن مسألة في طريقه حتى يبلغ إلى منزله، ولا يكثر عليه عند ملله.

Artinya: “Adab murid terhadap guru, yakni: mendahului beruluk salam, tidak banyak berbicara di depan guru, berdiri ketika guru berdiri, tidak mengatakan kepada guru, “Pendapat fulan berbeda dengan pendapat Anda”, tidak bertanya-tanya kepada teman duduknya ketika guru di dalam majelis, tidak mengumbar senyum ketika berbicara kepada guru, tidak menunjukkan secara terang-terangan karena perbedaan pendapat dengan guru, tidak menarik pakaian guru ketika berdiri, tidak menanyakan suatu masalah di tengah perjalanan hingga guru sampai di rumah, tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah.”

Dari nasihat di atas dapat diuraikan kesepuluh adab murid terhadap guru sebagai berikut:

1. Mendahului Beruluk Salam

Sebagai bentuk hormat, murid sebaiknya mendahului memberikan salam kepada guru. Ini sejalan dengan ajaran Rasulullah yang menyatakan bahwa yang lebih junior seharusnya memberikan salam terlebih dahulu.

2. Tidak Berlebihan dalam Berbicara

Murid diingatkan untuk tidak banyak berbicara di depan guru. Kelebihan bicara dapat menimbulkan kesan bahwa murid merasa lebih tahu daripada gurunya. Ini berlaku kecuali atas perintah langsung dari guru.

3. Berdiri Ketika Guru Berdiri

Saat guru berdiri, murid seharusnya ikut berdiri. Tindakan ini tidak hanya sebagai tanda kesiapan dan antisipasi jika guru membutuhkan bantuan, tetapi juga sebagai bentuk sopan santun yang patut dicontoh. Begitupun jika guru duduk, sebaiknya murid juga duduk. Hal tersebut juga dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada di ruangan.

Baca juga: Tinjauan Sejarah Konflik Palestina dan Israel

4. Menyampaikan Pendapat dengan Hormat

Jika ada perbedaan pendapat, murid sebaiknya tidak langsung menyangkal guru. Mengajukan izin terlebih dahulu untuk menyampaikan pendapat yang berbeda adalah sikap hormat yang seharusnya diterapkan.

5. Tidak Bertanya Kepada Teman Ketika Guru Di dalam Majelis

Dalam majlis ta’lim atau kegiatan belajar mengajar di kelas, jika ada hal yang belum jelas murid hendaknya bertanya kepada guru. Hal ini tentu lebih baik daripada bertanya kepada teman di sebelahnya. Lebih memilih bertanya kepada teman bisa membuat perasaan guru kurang nyaman

6. Tidak Bersenyum Berlebihan

Murid sebaiknya tidak bersenyum atau tertawa berlebihan, mengingat hubungan dengan guru memiliki tingkat keformalan yang berbeda dari hubungan dengan teman sebaya.

7. Menyembunyikan Perbedaan Pendapat dengan Guru

Jika ada perbedaan pendapat, murid sebaiknya tidak menunjukkannya secara terang-terangan di depan umum. Sebaiknya, murid dapat mencari kesempatan untuk menyampaikan pandangannya secara pribadi. Cara ini lebih sopan dibandingkan menunjukkan sikap kontra dengan guru di depan teman-teman.

8. Tidak Menarik Pakaian Guru Ketika Berdiri

Ketika guru hendak berdiri dari posisi duduk mungkin beliau membutuhkan bantuan karena mungkin kondisinya yang sudah agak lemah. Dalam keadaan seperti ini, murid jangan menarik baju guru untuk memberikan bantuan tenaga. Ia bisa berjongkok untuk menawarkan pundaknya sebagai tumpuan untuk berdiri; atau sesuai arahan guru.

9. Menyimpan Pertanyaan Hingga Guru Sampai di Rumah

Jika murid memiliki pertanyaan pribadi kepada guru, sebaiknya tanyakan masalah itu ketika telah sampai di rumah. Ini berlaku terutama kalau perjalanan dengan menaiki kendaraan umum.

10. Pahami Kondisi Guru saat Bertanya

Ketika guru sedang lelah, murid sebaiknya mengurangi pertanyaan yang membutuhkan jawaban rumit. Menghormati kelelahan guru adalah wujud penghargaan terhadap pengabdian dan pengetahuan yang telah diberikan. Dalam hal ini dikhawatirkan guru kurang berkenan menjawab sebab memang sedang lelah sehingga membutuhkan istirahat untuk memulihkan stamina.

Adab-adab ini menciptakan suasana belajar yang penuh hormat dan sopan. Menerapkan nilai-nilai ini tidak hanya membangun hubungan baik antara murid dan guru tetapi juga membentuk karakter yang baik pada diri murid sebagai pribadi yang beradab. Adab ini merupakan fondasi dalam mencapai ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Selain itu, murid sebaiknya juga selalu mendoakan yang terbaik bagi guru.

Sumber : NU Online

Dalam konteks sejarah modern, konflik antara Negara Palestina dan Bangsa Israel telah menjadi salah satu konflik terpanjang dan paling rumit di dunia. Negara Palestina adalah rumah bagi masyarakat Arab yang memiliki warisan sejarah, budaya, dan kehidupan yang beragam. Secara historis, Negara Palestina merupakan pusat kehidupan ekonomi, sosial, dan agama di wilayah tersebut. Kota-kota seperti Yerusalem, Betlehem, dan Hebron tidak hanya memiliki signifikansi religius bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi, akan tetapi juga merupakan pusat perdagangan dan kegiatan ekonomi lainnya. 

Masyarakat Arab Palestina, sebagian besar mempraktikkan pertanian dan berkehidupan sebagai komunitas pedesaan yang terhubung erat dengan alam. Mereka juga terlibat dalam perdagangan lokal dan internasional serta memiliki keahlian dalam kerajinan seperti pembuatan keramik, tenunan, dan ukiran kayu yang menjadi bagian penting dari warisan budaya mereka.

Kedamaian hidup yang dirasakan masyarakat Palestina berubah setelah adanya Deklarasi Balfour. Deklarasi Balfour oleh Britania Raya pada tahun 1917 menjanjikan “pendirian rumah nasional bagi bangsa Yahudi” di wilayah Negara Palestina. Hal tersebut menjadi tonggak awal dalam upaya untuk memberikan legitimasi bagi pendirian Negara Israel. 

Kemudian, tahun 1947, PBB mengusulkan pembagian wilayah Negara Palestina menjadi negara Yahudi dan Arab, yang ditolak oleh komunitas Arab. Reaksi Bangsa Arab terhadap usulan pembagian wilayah Negara Palestina oleh PBB pada tahun 1947 menunjukkan penolakan yang tegas, di mana mereka merasa bahwa pembagian tersebut tidak adil dan melanggar hak-hak mereka atas tanah yang mereka tempati secara historis. 

Dengan proklamasi resmi negara Israel pada tahun 1948, konflik eskalatif yang melibatkan serangkaian perang antara Israel dan negara-negara Arab terdekat, seperti Mesir, Yordania, Suriah, dan Irak, menghasilkan konsekuensi besar. Proses ini tidak hanya menciptakan negara Yahudi yang baru, tetapi juga memicu eksodus massal dari populasi Arab Palestina, yang mengakibatkan jutaan pengungsi dan meninggalkan dampak humaniter yang mendalam. 

Berselang beberapa tahun, konflik bersenjata antara Israel dan negara-negara Arab memanas kembali. Puncaknya ialah perang enam Hari pada tahun 1967, menandai titik balik yang sangat penting dalam sejarah konflik Palestina-Israel. Perang ini dimulai pada 5 Juni 1967 ketika Israel menghadapi ancaman dari negara-negara tetangganya: Mesir, Yordania, dan Suriah. Dalam waktu yang singkat, Israel berhasil merebut kendali atas Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai dari Mesir, Tepi Barat dari Yordania, dan Dataran Tinggi Golan dari Suriah. Pendudukan wilayah-wilayah ini oleh Israel mengubah secara dramatis peta politik di Timur Tengah. 

Baca juga https://mahadjawi.com/teliti-dan-bijak-boikot-produk-dukung-israel/

Pendudukan tersebut mengakibatkan dilema yang rumit, terutama terkait dengan hak asasi manusia, hak properti, dan stabilitas regional. Selain itu, kehadiran militer Israel di wilayah-wilayah yang diduduki memunculkan perselisihan yang berkelanjutan, termasuk tentang pemukiman Israel yang terus berkembang di wilayah Tepi Barat dan Yerusalem Timur, yang dianggap ilegal menurut hukum internasional. Perubahan wilayah ini juga mengakibatkan pergeseran politik, ekonomi, dan sosial yang berdampak besar pada masyarakat Negara Palestina dan Israel, serta menyulitkan tercapainya solusi perdamaian yang berkelanjutan. Dampak dari pendudukan ini terus dirasakan oleh kedua belah pihak, memperdalam kerumitan konflik dan mewariskan tantangan yang besar dalam mencari solusi yang adil dan berkelanjutan bagi kedua negara.

Begitulah kisah Negara Palestina dari awal abad ke 20 hingga tahun 1960-an. Mari kita doakan saudara-saudara kita di Palestina yang sedang menghadapi permasalahan dan kedzaliman bangsa Israel, semoga diberi pertolongan oleh Allah SWT. Al Fatihah….

 

Pada 16 November 2023, Prof. Muhammad Quraish Shihab, seorang ulama tafsir Al-Quran, memberikan pandangannya terkait perkembangan konflik Israel-Palestina dan seruan boikot produk yang mendukung Israel yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Prof. Quraish Shihab mengikuti perkembangan konflik Israel-Palestina yang semakin meningkat. Dalam video di akun Youtube Bayt Al-Quran, Pendiri Pusat Studi Al-Quran (PSQ) itu kemudian merespons anjuran ‘boikot’ yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru-baru ini. Ia pun kemudian bercerita, bahwa di hari sebelumnya ada seorang pengusaha yang datang kepadanya.

“Pak Quraish, saya diboikot, 60 persen penjualan saya menurun. Saya itu beri gaji orang-orang Muslim. Bahan-bahan yang saya buat itu dari bahan-bahan yang ada dalam negeri, apa saya juga harus diboikot?” katanya, menceritakan.

Baca Juga : Sultan Shalahuddin: Pertebal Cinta Satukan Bangsa

Prof. Quraish menekankan perlunya pertimbangan yang matang dalam menjalankan boikot. Menurutnya, MUI harus berpikir dengan jelas mengenai produk mana yang seharusnya dibolehkan dan mana yang harus diboikot.

Pengusaha yang datang itu, memang mengaku memproduksi sebuah produk yang namanya sama dengan nama produk di Amerika, yang memberi bantuan kepada Zionis Israel. Ia juga mengaku tidak memberi apa-apa kepada mereka. “Apa saya juga harus diboikot?” keluhnya kepada Prof Quraish.

Prof. Quraish juga mencermati daftar produk yang beredar di internet dan media sosial yang disebut-sebut harus diboikot. Beliau menyarankan agar masyarakat cermat dan tidak tergesa-gesa dalam memutuskan untuk boikot tanpa pertimbangan yang matang.

Untuk itu, beliau menyarankan persoalan ini diserahkan kepada ahlinya untuk melihat nama-nama produk ini dengan jelas. “Yang penting, ada memang produk-produk yang di situ sudah jelas mendukung Israel,” imbuhnya.

Prof Quraish lalu menekankan kepada masyarakat harus pandai-pandai dalam hal ini. “Tetapi boikot perlu, dan banyak yang perlu diboikot. Hanya saja kita perlu teliti, apakah (produk) ini tidak (perlu diboikot),” ujarnya.

Prof. Quraish mengakui bahwa boikot dapat menimbulkan kerugian ekonomi, namun ia menggambarkan bahwa itu adalah risiko yang harus diambil dalam perjuangan. Beliau mengingatkan bahwa kehilangan ekonomi adalah kecil dibandingkan dengan penderitaan rakyat Palestina.

Seperti yang diketahui, MUI mengeluarkan fatwa Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina. Fatwa ini merekomendasikan umat Islam untuk semaksimal mungkin menghindari transaksi dan penggunaan produk yang terafiliasi dengan Israel serta yang mendukung penjajahan dan zionisme. Hal ini juga ditegaskan oleh Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Miftahul Huda.

“Jadi, MUI tidak berkompeten untuk merilis produk Israel, atau yang terafiliasi ke Israel. Kita (MUI) bukan haramkan produknya, tapi aktivitas dukungannya,” ucap Huda, seperti dilansir RRI, pada 14 November 2023.

Dia menjelaskan, MUI juga tidak berhak untuk mencabut produk-produk yang sudah bersertifikasi halal. “Jadi, misalnya produk itu sudah bersertifikat halal, maka kita tidak berhak untuk mencabutnya,” ujar Huda. “Karena, sistem sertifikasi halal itu sudah melibatkan banyak pihak. Jadi, kita tidak pernah merilis daftar produk itu,” imbuhnya.

Namun, masyarakat jangan sampai terlena dengan isu boikot dan mengesampingkan hal yang lebih penting. Tentu saja kontribusi kita mendukung perjuangan Palestina, seperti gerakan menggalang dana kemanusian dan perjuangan, mendoakan untuk kemenangan, dan melakukan shalat ghaib untuk para syuhada Palestina perlu digencarkan.

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui NU Care-LAZISNU mengajak masyarakat untuk menyumbangkan bantuan bagi warga Palestina sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan. Penggalangan Donasi Palestina 2023 dapat diakses di laman Nucare.id.

Sumber : NU Online 

Salahuddin Al Ayyubi, Aktualitas Politik dan Keagamaan Negeri Ini Halaman 1  - Kompasiana.comMaulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah perayaan penting dalam agama Islam yang diperingati untuk membangkitkan semangat umat Muslim. Peringatan ini memiliki akar historis yang kuat terkait dengan periode sulit dalam sejarah Islam. Pada saat itu, umat Islam sedang berjuang keras untuk mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yang terdiri dari pasukan dari Prancis, Jerman, dan Inggris, dalam apa yang kita kenal sebagai Perang Salib atau The Crusade.

Pada tahun 1099 M, tentara salib berhasil merebut Yerusalem dan mengubah Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam mengalami kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah.

Saat itulah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi yang juga dikenal sebagai Saladin, muncul sebagai pemimpin yang pandai mengena hati rakyat. Salahuddin memerintah dari tahun 1174-1193 M atau 570-590 H di bawah Dinasti Bani Ayyub. Pusat kekuasaannya berada di Kairo, Mesir, dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Mesir, Suriah, dan Semenanjung Arabia.

Baca juga : Apakah Rasulullah Lahir di Bulan Tidak Mulia ?

Salahuddin merasa bahwa semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan mereka kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, ia mengimbau umat Islam dunia untuk merayakan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal.

Pada musim ibadah haji bulan Dzulhijjah tahun 579 H (1183 M), Salahuddin sebagai penguasa haramain (dua tanah suci, Mekah dan Madinah), mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji. Instruksinya adalah agar mereka menyosialisasikan kepada masyarakat Islam bahwa mulai tahun 580 H (1184 M) tanggal 12 Rabiul Awal harus dirayakan sebagai hari Maulid Nabi. Perayaan ini melibatkan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.

Salahuddin ditentang oleh beberapa ulama yang berpendapat bahwa perayaan Maulid Nabi adalah bid’ah (perbuatan yang tidak ada dasarnya dalam ajaran Islam). Namun, Salahuddin menegaskan bahwa perayaan ini hanya kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual dan tidak melanggar prinsip-prinsip agama.

Pada peringatan Maulid Nabi yang pertama kali pada tahun 1184 M (580 H), Salahuddin mengadakan sayembara penulisan riwayat Nabi Muhammad SAW beserta puji-pujian bagi Nabi dalam sastra bahasa yang indah. Sayembara ini diikuti oleh ulama dan sastrawan, dan pemenangnya adalah Syaikh Ja`far Al-Barzanji. Karyanya yang dikenal sebagai Kitab Barzanji masih dibaca oleh masyarakat di banyak tempat pada peringatan Maulid Nabi.

Kitab Barzanji mengisahkan kehidupan Muhammad, mencakup silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Kitab ini juga menyoroti sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad serta berbagai peristiwa yang dapat dijadikan teladan bagi umat manusia.

Nama Barzanji diambil dari nama pengarang naskah tersebut, yaitu Syekh Ja’far al-Barzanji bin Husin bin Abdul Karim. Karya ini awalnya berjudul ‘Iqd Al-Jawahir (artinya kalung permata) dan disusun untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. Namun, seiring waktu karya ini lebih dikenal dengan nama penulisnya.

Peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan oleh Sultan Salahuddin berhasil membangkitkan semangat umat Islam. Salahuddin bersama umat muslim berhasil merebut kembali Yerusalem dari tangan bangsa Eropa pada tahun 1187 M (583 H) dan menjadikan Masjidil Aqsa kembali menjadi masjid. Peringatan Maulid Nabi ini berdampak positif dalam menggalang persatuan dan semangat perjuangan umat Islam dalam menghadapi Perang Salib.

Peringatan Maulid Nabi juga memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di Nusantara. Di Indonesia, peringatan Maulid Nabi disebut juga sebagai Muludan dan telah menjadi sarana dakwah yang digunakan oleh Wali Songo untuk mengajak masyarakat mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai tanda penerimaan Islam.

Di Jawa, peringatan ini juga dikenal dengan sebutan Sekaten. Dua kalimat syahadat ini dilambangkan dengan dua buah gamelan yang dibuat oleh Sunan Kalijaga, yaitu Gamelan Kiai Nogowilogo dan Kiai Gunturmadu.

Peringatan Maulid Nabi telah menjadi tradisi yang sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia. Peringatan ini diisi dengan berbagai kegiatan, mulai dari mengirimkan makanan khusus kepada tetangga hingga mengadakan upacara di mushala dan masjid-masjid. Acara-acara tersebut mencakup pembacaan Kitab Barzanji, kesenian hadhrah, pengumuman hasil berbagai lomba, dan serangkaian kegiatan keagamaan lainnya.

Para ulama NU memandang peringatan Maulid Nabi ini sebagai bid’ah atau perbuatan yang di zaman Nabi tidak ada, namun termasuk bid’ah hasanah (bid’ah yang baik) yang diperbolehkan dalam Islam.

Dalam Madarirushu’ud Syarhul Barzanji, terdapat kisah bahwa Rasulullah SAW pernah mengatakan, “Seseorang yang menghormati hari kelahiranku, akan aku syafa’atkan baginya di Hari Kiamat.” Sahabat Umar bin Khattab dengan semangatnya menambahkan, “Menghormati hari lahir Rasulullah sama halnya dengan menghidupkan Islam!”

Sumber: NU Online

Pengertian PKI

Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah sebuah organisasi politik yang berideologi komunis. Didirikan pada tahun 1920-an, PKI memiliki tujuan utama untuk mengadvokasi hak-hak buruh dan tani serta menggalang dukungan dari kalangan mereka. Selama perkembangannya, PKI tumbuh menjadi salah satu partai politik terbesar di Indonesia pada tahun 1960-an. Namun, hubungannya dengan pemerintah semakin memburuk seiring berjalannya waktu, terutama dengan pemerintahan Presiden Soekarno.

Sejarah PKI

Sejarah PKI di Indonesia dipenuhi dengan konflik dan perubahan. Partai ini berkembang pesat sepanjang 1920-an hingga 1960-an, mengumpulkan basis massa yang kuat, terutama di kalangan buruh dan tani. Namun, hubungannya dengan pemerintah semakin memanas, terutama pada masa pemerintahan Soekarno, yang semakin terlibat dalam perdebatan politik yang memuncak.

Gerakan 30S

Gerakan 30 September (G30S) merupakan peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September 1965. Pada hari itu, sejumlah perwira militer yang terafiliasi dengan PKI melakukan kudeta dan menculik serta membunuh sejumlah perwira tinggi Angkatan Darat Indonesia. Peristiwa ini menciptakan kebingungan dan ketidakstabilan politik, yang akhirnya membawa Soeharto mengambil alih kekuasaan.

Awal Pemutaran Film G30S PKI

Pemutaran film “G30S PKI” dimulai pada tahun 1985 di kanal TVRI. Sebelumnya film tersebut juga pernah ditayangkan di bioskop-bioskop Jakarta dengan jumlah penonton mencapai 699.282 orang. Film ini diproduksi oleh pemerintah Indonesia pada masa pemerintahan Soeharto, dengan tujuan untuk menyajikan versi resmi tentang peristiwa G30S. Film ini menyajikan gambaran peristiwa mengenai rencana PKI sejak januari 1965 di Desa Kanigoro, Kediri sampai dengan puncaknya pada 1 Oktober 1965. Disutradarai oleh Arifin C. Noer, film berdurasi 271 menit itu selalu diputar setiap tahun di TVRI hingga 1998.

Alasan Pemberhentian Pemutaran Film G30S PKI dan Tokoh yang Menginisiasi

Pada tahun 1998, Orde Baru runtuh akibat tekanan publik dan reformasi politik. Salah satu langkah pertama pemerintah reformasi adalah menghentikan pemutaran film “G30S PKI”. Pada 24 September 1998, Muhammad Yunus sebagai Menteri Penerangan (Menpen) mengeluarkan kritik terhadap film yang diklaim telah menghabiskan anggaran sebesar Rp 800 juta dalam proses pembuatannya. Ia menganggap bahwa film tersebut tidak sesuai lagi dengan dinamika reformasi. Selain itu, alasan lain terkait pemberhentian pemutaran film G30S PKI adalah film yang sudah kabur karena terlalu sering diputar.

Selain Menteri Penerangan, tokoh lain yang juga turut mendukung keputusan tersebut yaitu Marsekal Udara Saleh Basarah dan Menteri Pendidikan Juwono Sudarsono. Marsekal Udara Saleh Basarah menyampaikan kepada Menteri Pendidikan Juwono Sudarsono bahwa ia keberatan karena pengulangan keterlibatan perwira AURI yang terdapat pada salah satu adegan dalam film tersebut.

Sisi Lain Dari Pemberhentian Pemutaran Film G30S PKI

Terlepas dari banyaknya kontroversi pemberhentian pemutaran film 30SPKI, pemberhentian pemutaran film “G30S PKI” juga bisa menjadi salah satu tanda penting dari perubahan politik yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998. Langkah ini membuka jalan bagi pemahaman yang lebih inklusif tentang sejarah negara dan mencerminkan perubahan penting dalam pandangan pemerintah terhadap narasi sejarah. Seiring berjalannya waktu, hal ini juga memungkinkan masyarakat Indonesia untuk mendekati masa lalu mereka dengan berbagai sudut pandang yang berbeda.

Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah makhluk yang paling mulia di sisi Allah ta’ala. Bahkan, beliau melebihi malaikat yang selalu taat beribadah dan tunduk pada perintah Allah setiap saat. Kemuliaannya begitu besar sehingga Allah sendiri, Sang Pencipta alam semesta, memberikan pujaan kepada-Nya.

وَاِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

Artinya : Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki budi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam: 4).
Ini menunjukkan kedudukan yang sangat agung bagi Nabi Muhammad di hadapan Allah.

Namun, mengapa Nabi Muhammad yang mulia ini tidak dilahirkan pada bulan yang agung, seperti Bulan Ramadhan, yang merupakan bulan penuh berkah? Atau mengapa tidak pada hari yang mulia, seperti Jumat? Mengapa Allah memilih bulan Rabiul Awal sebagai waktu kelahiran-Nya, sedangkan bulan ini tidak termasuk dalam empat bulan suci, yaitu Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab?

Baca juga : Ragam Maulid Nabi, Bukti Akulturasi

Menurut Sayyid Muhammad ibn Alawi Al Maliki, dalam kitabnya “adz-Dzakhâir al-Muhammadiyyah,” (Daru Jawami’il Kalim, Kairo, 42),

وإنما كان مولده في شهر ربيع على الصحيح ولم يكن في المحرم، ولا في رجب، ولا في رمضان، ولا غيرها من الأشهر ذوات الشرف، لأنه عليه الصلاة والسلام لا يتشرف بالزمان، وإنما يتشرف الزمان به، وكذلك المكان، فلو ولد في شهر من الشهور المذكورة، لتُوُهِّمَ أنه تشرف به، فجعل الله تعالى مولده عليه السلام في غيرها ليظهر عنايته به وكرامته عليه

Artinya : Sesungguhnya kelahiran Nabi Muhammad berada di bulan Rabi’ (awal) menurut pendapat yang shahih. Bukan di bulan Muharram, Rajab, Ramadhan dan lain sebagainya dari bulan-bulan yang mulia. Karena Nabi Muhammad tidak mulia karena sebab masa atau waktu. Namun waktu-lah yang menjadi mulia sebab Nabi Muhammad lahir. Begitu pula tentang (kemuliaan) tempat. Jika Nabi dilahirkan di bulan-bulan (mulia) tersebut, bisa jadi akan menimbulkan persepsi, Nabi mulia gara-gara lahir di bulan mulia. Maka, Allah menciptakan kelahiran Baginda Nabi di bulan lain yang justru memberi pertolongan dan kemuliaan di bulan lain itu sendiri.

Pendapat ini juga diperkuat oleh perkataan Syekh Az Zarqani dalam “al-Mawahib al-Laduniyyah” dan Ibnu Hajar al-Haitami dalam Asyraful Wasail ila Fahmil Masail. Hari dan bulan kelahiran Nabi Muhammad yang mulia ini memang murni disebabkan oleh kemuliaan dirinya sendiri, bukan karena faktor lain seperti bulan tertentu.

Begitu juga dengan tempat kelahirannya, meskipun tidak di Ka’bah yang mulia, Makkah justru menjadi mulia karena menjadi tempat kelahiran Rasulullah. Namun, Madinah, sebagai tempat hijrah dan pemakaman Nabi, dianggap lebih mulia oleh banyak ulama karena keberadaan jasad Rasulullah di sana. Dengan kedatangan Rasulullah di Madinah, Allah menciptakan taman surga di antara rumah beliau dan mimbar beliau.

Tak heran, ketika ditanya apa yang bisa membuat seseorang merindukan surga, al-Qa’qa’ al-Ausi menjawab, “Di sana ada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Sumber: NU Online

“Pa’ Tani itoelah penolong negeri apabila keperloean menghendakinja dan di waktoe orang pentjari-tjari pertolongan. Pa’ Tani itoe ialah pembantoe negeri jang boleh dipertjaja oentoek mengerdjakan sekalian keperloean negeri, jaitoe diwaktunja orang berbalik poenggoeng (ta’ soedi menolong) pada negeri; dan Pa’ Tani itoe djoega mendjadi sendi tempat negeri didasarkan.”

Demikian Hadhratusyekh KH Hasyim Asy’ari dalam sebuah tulisan beliau pada 15 Januari 1944 M Keoetamaan Bertjotjok Tanam dan Bertani yang dimuat majalah Soeara Moeslimin Indonesia. Dalam tulisan tersebut, Mbah Hasyim menyoroti pentingnya peran serta posisi petani dalam menjaga kelangsungan hidup sebuah bangsa. Bahkan, beliau dengan tegas menyatakan keyakinannya bahwa petani merupakan salah satu benteng pertahanan terakhir dari negara.

Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), baru-baru ini memaparkan pandangannya mengenai sejumlah tantangan, termasuk krisis energi, pangan, ekonomi, serta perubahan yang disebabkan oleh perkembangan teknologi dan situasi geopolitik yang berkembang. Bagi beliau, tantangan-tantangan tersebut perlu diubah menjadi peluang bagi Indonesia melalui inovasi besar.

Pada acara Sidang Terbuka Dies Natalis ke-60 Institut Pertanian Bogor (IPB), Presiden Jokowi berbicara mengenai cara Indonesia dapat mengatasi tantangan tersebut, khususnya krisis pangan yang sedang berkecamuk. Pertumbuhan populasi yang terus meningkat, dampak perubahan iklim seperti fenomena super El Nino yang membawa panjangnya masa kemarau, dan situasi geopolitik yang kompleks seperti konflik antara Rusia dan Ukraina, manajemen krisis pangan menjadi semakin penting.

Pengembangan inovasi yang dapat membantu mengatasi krisis pangan perlu dilakukan. Presiden Jokowi meyakini bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi lumbung pangan dunia jika mampu mengelola tantangan ini dengan cerdas.

Baca juga : Ragam Maulid Nabi, Bukti Akulturasi

Pendekatan inovatif dalam menghadapi krisis pangan juga ditekankan oleh seorang pakar dari Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Prof Noer Azam Achsani. Pada sebuah seminar dengan tema “Volatilitas Harga Kedelai dan Solusinya,” Prof Achsani merujuk pada pelajaran yang dapat diambil dari kisah Nabi Yusuf dalam Al Quran.

Prof Achsani mengungkapkan bahwa Nabi Yusuf memberikan tiga solusi untuk mengatasi krisis pangan.

  • Pertama, adalah usaha bercocok tanam dengan sungguh-sungguh, dengan memperhatikan aspek benih, pupuk, teknologi, serta tantangan alam.
  • Kedua, adalah perlunya penyimpanan dan pengawetan makanan dalam jangka menengah.
  • Ketiga, adalah pengendalian konsumsi dan pengaturan pola makan dalam jangka pendek.

Prof Achsani menyebut Nabi Yusuf sebagai “The Best Economist Ever” karena ajarannya yang bijaksana dalam manajemen pangan dan ekonomi. Beliau menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan yang sesungguhnya, bukan sekadar keinginan, serta menjalankan manajemen stok yang efektif.

Melalui pemikiran Presiden Jokowi dan pembelajaran dari kisah Nabi Yusuf ini, Indonesia memiliki landasan kuat untuk menghadapi krisis pangan dengan inovasi, manajemen yang cerdik, dan semangat untuk berubah menjadi lumbung pangan dunia.

Sumber: NU Online dan Sekretariat Kabinet Republik Indonesia

Islam, sebagai salah satu agama monoteistik, mengajarkan pandangan kehidupan yang lebih berfokus pada realitas sosial daripada sekadar sebagai agama yang turun dari langit. Islam memiliki pemahaman yang mendalam tentang keanekaragaman budaya lokal dan sejarah interaksi antara teks agama dan kenyataan sosial.

Islam tiba di Nusantara dalam konteks masyarakat yang kaya akan budaya. Praktik-praktik budaya yang sudah ada diakomodasi dan diadopsi, lalu disesuaikan dengan ajaran Islam. Islam tidak menggantikan budaya yang ada, tetapi malah membantu menguatkan akidah umat dan memberikan nilai, makna, serta pemahaman yang lebih mendalam terhadap budaya yang telah lama hidup dalam masyarakat yang menerima dakwah Islam.

Interaksi antara keduanya dapat disaksikan dalam akulturasi yang menghasilkan tradisi dan ritual keagamaan yang dipraktikan oleh masyarakat sampai dengan saat ini. Salah satu contoh tradisi hasil dari akulturasi antara agama Islam dan budaya nusantara yaitu Maulid Nabi.

Baca juga: Proses Pembangunan Pondok Siap Terima Santri- Ma’had Jawi (mahadjawi.com)

Maulid Nabi Muhammad SAW, sering disebut juga sebagai Maulid Nabi atau Maulud merupakan sebuah upacara untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata ‘maulid’ atau ‘milad’ dalam bahasa Arab mengacu pada hari kelahiran. Perayaan Maulid Nabi adalah sebuah tradisi yang muncul dalam masyarakat Muslim setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Pada dasarnya, peringatan ini adalah cara untuk mengekspresikan kebahagiaan dan penghormatan terhadap Nabi Muhammad.

Tradisi perayaan Maulid Nabi di Nusantara tentunya berbeda-beda di tiap daerah. Sebagai contoh, di Yogyakarta, peringatan Maulid Nabi dirayakan dengan Grebek Mulud, di mana ada prosesi arak-arakan yang membawa gunungan dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju alun-alun utara dan berakhir di masjid Agung Kauman. Ada juga yang menghubungkannya dengan perayaan Sekaten, yang berasal dari kata ‘syahadatain,’ yang merujuk kepada dua kalimat syahadat.

Ragam perayaan Maulid Nabi tersebut menunjukkan bahwa ketika Islam berinteraksi dengan tradisi lokal, citra Islam bervariasi di berbagai tempat. Proses akulturasi antara Islam dan tradisi lokal ini merupakan kontribusi yang berharga untuk memperkaya khazanah Islam. Maulid Nabi, sebagai hasil dari akulturasi ini, dapat menghasilkan wajah baru Islam yang mencerminkan karakteristik budaya lokal di wilayah di mana Islam berkembang.

Bogor, 14/09/2023 Mahad Jawi-Pasca pembukaan yang telah dilaksanakan pada Sabtu (26/08), kini lantai satu Mahad Jawi siap digunakan untuk kegiatan santri. Mudir Mahad Jawi, Ustadz Hamzah Afarisi mengungkapkan, rasa syukur dan terimakasih atas bantuan para donatur dan banyak pihak lainnya yang turut andil hingga pembangunan lantai satu bisa selesai.

“Alhamdulillah, akhirnya yang diimpikan bisa terwujud pelan-pelan. semoga dengan kehadiran Ma’had Jawi bisa memberikan kebermanfaatan untuk mahasiswa IPB khususnya dan masyarakat umumnya” ungkapnya.

Meskipun pondok belum selesai dibangun seluruhnya, setelah pembukaan pondok mulai aktif digunakan untuk kegiatan santri yang dilaksanakan rutin setiap malam Senin, Jumat, Sabtu, dan Minggu. Kegiatan tersebut diadakan dengan berkolaborasi dengan berbagai organisasi keagamaan di sekitar kampus seperti KMNU IPB dan Osca Community. 

Baca juga Rebo Wekasan: Kesialan atau Keberkahan ? – Ma’had Jawi (mahadjawi.com)

“Alhamdulillah pondok sudah mulai aktif digunakan untuk kajian tasawuf setiap malam Jumat, setiap malam Sabtu  kajian fikih, dan setiap malam Minggu ada pembacaan Maulid ad Dziba’i” ujar Ustadz Hamzah.

Beliau juga mengungkapkan bahwa nantinya setelah semua pembangunan rampung, akan ada banyak kegiatan pondok baik rutinan maupun eventual. Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya difokuskan untuk mencetak kader-kader yang memiliki ketajaman spiritual disamping dengan pemahaman intelektual yang telah diajarkan di kampus.

Saat ini, pondok sudah ditempati oleh beberapa santri yang sebelumnya memang sudah belajar di Mahad Jawi sebelum adanya pembangunan pondok. Kedepannya, jajaran dan pengurus Mahad Jawi akan berfokus untuk persiapan penerimaan santri baru agar  tahun depan lebih maksimal.

“Pembukaan santri baru secara efektif tetap ada yang akan tinggal meskipun belum efektif. Tahun depan insyaallah akan dibuka dengan lebih formal dan maksimal” ungkap Ustadz Hamzah.

Sebagai penutup, Mudir Mahad Jawi mengungkapkan harapannya terhadap pembukaan Mahad Jawi. “Menghimbau kepada seluruh Mahasiswa IPB untuk bergabung di Mahad Jawi,  sehingga bisa menyeimbangkan ketajaman intelektual dan spiritual.” pungkasnya.