Dewasa ini, topik mengenai kehidupan dan sosial ramai diperbincangkan masyarakat, khususnya melalui media sosial. Salah satu topik yang cukup menyita perhatian adalah pembicaraan mengenai hidup bahagia. Orang-orang seakan berlomba-lomba untuk menggapai kebahagiaan itu. Banyak dari mereka yang kemudian membagikan berbagai momen kebahagiaannya di media sosial dengan postingan foto, video, tulisan, dll.
Berangkat dari hal tersebut, munculah banyak perspektif tentang kebahagiaan. Ada yang mendefinisakan bahagia apabila dapat bermanfaat untuk orang lain, atau memiliki waktu dengan keluarga. Sebagian yang lain mendefinisikan bahagia apabila sehat, bahkan tak jarang juga mendefinisikan bahagia apabila memiliki uang atau jabatan. Dari sekian banyaknya definisi bahagia, bagaimana para ulama mendefinisikan bahagia dan bagaimana cara untuk hidup bahagia?
Imam Al-Ghazali mengartikan bahagia atau kebahagiaan sebagai sebuah proses yang bisa diraih oleh setiap orang. Beliau kemudian memperjelas memperjelas lagi dalam risalahnya Kimiya’ as-Sa’adah (Kimia Kebahagiaan) bahwa orang-orang yang tekun yang mampu mendapatkan kebahagaiaan. Bukan laku jalan dan laku orang biasa.
KH. Abdul Wahib Qohar seorang ulama sekaligus anggota Majlis Ifta wal Irsyad Idarah Syu’biyyah JATMAN Kabupaten Rembang lebih lanjut menjelaskan mengenai kiat-kiat kunci hidup bahagia di dunia. Beliau memaparkan bahwa terdapat tiga kunci bahagia di dunia.
Kunci kebahagiaan yang pertama yaitu dzikir. Dzikir yang dimaksud ialah mengingat Allah SWT baik melalui hati maupun lisan. Tafsir al-Misbah [6]: 599 menjelaskan bahwa dzikir berarti mengucapkan dengan lidah yang kemudian maknanya berkembang menjadi “mengingat”. Hal ini dikarenakan pada umumnya ketika seseorang mengingat sesuatu, biasanya akan termanifestasi dalam ucapannya juga. Maka dari itu, dengan mengingat Allah akan menjadikan seseorang juga menyebutNya. Demikian pula sebaliknya.
Berkaitan dengan dzikir, Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Ra’d ayat 28 sebagai berikut:
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْب
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d [13] ayat 28)
Kunci kebahagiaan yang kedua yaitu shalawat. Shalawat dibaca 100x setiap habis shalat. Shalawat menjadi kunci bahagia karena shalawat langsung menyambungkan kita dengan Rasulullah SAW. Bahkan Rasulullah SWT pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إِنَّ مِنْ اَفْضَلِ اَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَاَكْثِرُوْا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيْهِ فَاِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوْضَةٌ عَلَيَّ رواه ابو داود
Artinya: “Hari yang paling mulia adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah shalawat di hari itu, karena shalawat kalian dihaturkan kepangkuanku”
Kiai Wahib menjelaskan bahwa kunci kebahagiaan yang ketiga yaitu qonaah. Qonaah merupakan sikap merasa cukup atau sikap kerelaan hati dalam menerima segiap nikmat yang diberikan Allah SWT. Qonaah juga merupakan kekayaan yang tidak akan habis. Qanaah menjadikan batin seseorang menjadi lapang dan tidak memperbudak diri untuk mengejar kebahagiaan yang didapatkan orang lain.
عن جابر بن عبد الله قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم القناعة كنزُ لا يفنى
Artinya, “Dari Jabir bin Abdillah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Qanaah itu gudang kekayaan yang tidak akan sirna,’” (Lihat Abul Qasim Al-Qusyairi, Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah, [Kairo, Darus Salam: 2010 M/1431 H], halaman 90).
Semoga kita senantiasa bisa mengamalkan ketiganya dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu a’lam.
Sumber: Inilah Tiga Kunci Hidup Bahagia di Dunia – JATMAN Online