Puasa merupakan salah satu ibadah yang wajib dilakukan oleh umat Islam selama bulan Ramadan. Namun, puasa tidak hanya sekadar menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa saja. Lebih dari itu, puasa juga harus dilakukan dengan kualitas yang baik, yakni dengan memahami esensi dari ibadah tersebut.

Salah satu esensi dari tujuan berpuasa adalah untuk membentuk pribadi yang taqwa. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam Surah Al Baqarah ayat 183. Keteria atau ciri-ciri orang yang  bertaqwa juga telah diterangkan lebih lanjut dalam Surah Ali Imran ayat 134. Salah satu cirinya yaitu mampu menahan amarahnya.

Untuk mencapai tujuan taqwa, puasa yang dilakukan harus berkualitas. Puasa berkualitas atau yang disebut shawmul khushush menurut Imam Al-Ghazali merupakan puasa orang-orang terdahulu.

Puasa ini dapat dilakukan dengan menahan diri dari segara larangan-larangan agama. Imam Al-Ghazali pernah menuliskan hal ini dalam kitabnya yang berjudul Ihya Ulumuddin sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

وأما صوم الخصوص وهو صوم الصالحين فهو كف الجوارح عن الآثام

Artinya, “Adapun puasa khusus adalah puasa orang-orang saleh, yaitu menahan anggota tubuh dari segala dosa,” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz I, halaman 296).

Imam Al-Ghazali juga menekankan bahwa hal yang penting dilakukan agar puasa kita berkualitas yaitu pengendalian anggota badan seperti telinga, mata, lisan, tangan, kaki, dan anggota badan lainnya.

وأما صوم الخصوص فهو كف السمع والبصر واللسان واليد والرجل وسائر الجوارح عن الآثام

Artinya, “Adapun puasa khusus adalah mengendalikan pendengaran, penglihatan, ucapan, tangan, kaki, dan seluruh anggota badan dari dosa,” (Al-Ghazali, 2018 M: I/296).

Lebih lanjut, beliau juga menjelaskan bahwa puasa juga merupakan bentuk pengendalian diri. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa orang yang berpuasa harus menyatakan dirinya puasa ketika diprovokasi oleh pihak lain.

وقال صلى الله عليه و سلم إنما الصوم جنة فإذا كان أحدكم صائما فلا يرفث ولا يجهل وإن امرؤ قاتله أو شاتمه فليقل إني صائم إني صائم

Artinya, “Dari sahabat Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, ‘Bila salah seorang kalian berpuasa, janganlah ia berkata keji dan bertindak bodoh. Jika seseorang memprovokasinya atau memakinya, hendaklah ia menghindar, ‘Aku sedang berpuasa. Aku sedang berpuasa’’” (Al-Ghazali, 2018 M: I/296).

Sumber: NU Online

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *