Ramadhan tahun ini hampir sampai pada penghujungnya, yang artinya sebentar lagi kita akan berpisah dengan bulan Ramadhan dan memasuki bulan selanjutnya. Sudah hampir satu bulan penuh kita berpuasa. Sudah hampir satu bulan penuh kita mencoba memaksimalkan ibadah dan berlomba-lomba mendapatkan banyak keberkahan pada bulan Ramadhan.
Namun sudah benarkah ibadah yang kita lakukan? Apakah puasa kita diterima Allah SWT? Apakah semua ibadah-ibadah tersebut menjadikan kita menjadi hamba yang benar-benar bertakwa? Apakah semangat untuk beribadah pada saat Ramadhan akan sama setelahnya?
Imam Ibnu Rajab dalam Kitab Lathaiful Ma’arif menjelaskan mengenai tanda-tanda ketaatan yang diterima dan yang tidak diterima, sebagaimana berikut ini:
عَلاَمَةُ قَبُوْلِ الطَّاعَةِ أَنْ تُوْصَلَ بِطَاعَةٍ بَعْدَهَا وَ عَلَامَةُ رَدِّهَا أَنْ تُوْصَلَ بِمَعْصِيَةٍ. مَا أَحْسَنَ الْحَسَنَةِ بَعْدَ الْحَسَنَةِ وَأَقْبَحَ السَّيِّئَةِ بَعْدَ الْحَسَنَةِ
Artinya, “Tanda-tanda diterimanya ketaatan adalah dengan konsisten terus beribadah setelahnya. Dan tanda-tanda ditolaknya ketaatan adalah dengan melakukan kemaksiatan setelahnya. Betapa mulianya suatu ibadah yang dilakukan setelah ibadah yang lain, dan betapa jeleknya sebuah keburukan yang dilakukan setelah ibadah.”
Baca juga: Ciri-ciri Orang yang Mendapatkan Malam Lailatul Qadar – (mahadjawi.com)
Dari kutipan tersebut dapat kita ketahui bahwa ibadah puasa yang diterima yaitu apabila semangat dan konsistensi ibadah kita terus berlanjut sampai setelah lebaran. Sebaliknya, jika tidak semangat menunjukkan bahwa ibadah atau ketaatan kita ditolak oleh Allah SWT.
Dalam hadistnya, Rasulullah SAW juga pernah menyampaikan mengenai perbuatan yang dapat merusak ibadah puasa seseorang. Rasullullah SAW menjelaskan bahwa hal-hal yang dapat merusak puasa seseorang yaitu berbohong, berkata kotor, membicarakan keburukan orang lain, dan naminah.
الصَّوْمُ جُنَّةٌ مَا لَمْ يَخْرِقْهَا. بِمَ يُخْرِقُهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكَذْبٍ أَوْ بِسَبَّابٍ أَوْ بِغِيْبَةٍ أَوْ نَمِيْمَةٍ
Artinya, “Puasa adalah benteng, selama engkau tidak membakarnya. Para sahabat bertanya, dengan apa bisa membakarnya, wahai Rasulullah? Nabi menjawab: dengan berbohong, berkata kotor, membicarakan keburukan orang lain, dan adu domba.” (HR An-Nasa’i).
Kedua hal tersebut dapat sama-sama kita jadikan sebagai bahan intospeksi diri selama menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramadhan. Dalam melakukan evaluasi terhadap puasa Ramadhan kita selama ini, kita dapat memperbaiki diri di masa yang akan datang. Dengan melakukan evaluasi secara teratur, kita akan semakin memahami arti dan nilai ibadah puasa serta mampu menjalankannya dengan lebih baik lagi kedepannya. Semoga ibadah dan amalan yang telah kita lakukan selama Ramadhan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Semoga puasa Ramadhan kita selama ini diterima Allah SWT. Aamiin
Sumber: NU Online