Ketika mendengar istilah ‘Rebo Wekasan’, mungkin banyak orang yang sudah tidak asing dengan istilah itu. Rebo Wekasan, yang juga dikenal sebagai Rabu Pungkasan, merujuk pada Rabu terakhir dalam bulan Shafar dalam kalender Hijriyah menurut orang Jawa.
Jauh sebelum ada istilah ‘Rebo Wekasan,’ orang-orang Jahiliyah telah mempercayai bahwa Rabu terakhir dalam bulan Shafar membawa sial. Namun, perlu dicatat bahwa keyakinan ini hanyalah asumsi semata.
Lebih parahnya lagi, mereka tidak hanya memandang Rabu terakhir dalam bulan Shafar sebagai hari sial, tetapi juga menganggap setiap Rabu terakhir dalam bulan lainnya memiliki sifat serupa.
Rasulullah SAW kemudian datang dan memberikan pencerahan kepada mereka yang hidup dalam kegelapan dan dosa di masa Jahiliyah. Bahkan sebelum menerima wahyu sebagai rasul terakhir, Rasulullah menolak mengikuti tradisi Jahiliyah, termasuk tradisi Rabu terakhir dalam bulan Shafar yang dianggap sebagai hari yang penuh dengan bala, penyakit, dan sial.
Sebaliknya, Rasulullah SAW malah mengadakan pernikahannya dengan Sayyidah Khadijah al-Kubro pada Rabu terakhir bulan Shafar, seolah-olah menentang keyakinan Jahiliyah yang menyatakan bahwa hari tersebut adalah hari yang buruk.
Selain itu, Rasulullah SAW juga mengadakan pernikahan putri semata wayangnya, Sayyidah Fatimah, dengan Sayyidina Ali RA pada hari Rabu tersebut, sesuai dengan penjelasan dalam nadham oleh Habib Abu Bakar al-Adni yang secara eksklusif membahas hari Rabu terakhir dalam bulan Shafar.
Baca Juga: Bulan Dzulqa’dah: Keutamaan dan Momen Penting
Habib Abu Bakar al-Adni juga menyebutkan beberapa peristiwa penting lain yang juga terjadi pada hari Rabu tersebut, antara lain; Hijrah Baginda SAW dan bermalam di Gua Tsur, Perang Abwa, perang Khaibar, dan peristiwa-peristiwa lain yang bernilai positif.
Sementara itu, Syekh Abdul Hamid Quds, dalam kitabnya Kanzun Najah Was-Surur fi Fadhail Al-Azminah wash-Shuhur, menjelaskan bahwa banyak para Wali Allah yang mempunyai pengetahuan spiritual yang tinggi (kasyaf) mengatakan bahwa pada setiap tahun, Allah swt menurunkan 320.000 jenis bala bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.
Oleh karena itu, para ulama menganjurkan agar umat Islam melaksanakan shalat sunnah yang disebut shalat mutlak atau shalat hajat empat rakaat dengan bacaan surat dan jumlah tertentu pada Rabu terakhir bulan Safar.
Dalam video yang diunggah akun Youtube Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah, Almaghfirullah Syaikhuna KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen dalam ceramahnya menjelaskan, para ulama ahli kasyaf berkata bahwa Rebo Wekasan adalah tempatnya bala dan cobaan. “Oleh karena itu, di hari Rabu Wekasan itu dianjurkan salat empat rakaat, membaca Surat Al-Kautsar sebanyak 17 kali, kalau kamu membaca 17 kali maka kamu akan hidup enak, orang yang memusuhimu akan tertumpas,” jelas Mbah Moen
Setelah itu, membaca Surat Al-Ikhlas 5 kali, Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas. Lantas apa alasan membaca Surat Al-Ikhlas sebanyak lima kali saat Salat Rebo Wekasan? “ Surat Al-Ikhlas mengandung maksud bahwa semua tujuan diarahkan kepada Allah. Kalau orang sudah dekat dengan Allah, maka itu hal baik,”.
Sedangkan tujuan dari dipilihnya Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas, ialah untuk menolak tanggul adanya bahaya atas izin Allah SWT. “Bahaya dari selatan maka tertolak kembali ke selatan melalui wasilah ayat tersebut,” jelas Mbah Moen.
Mbah Moen juga menjelaskan hikmah dalam momen Rebo Wekasan dan penciptaan bumi oleh Allah di bulan Safar. “Kalau ingat kejadian asal-usul penciptaan dikembalikan kepada Allah, maka akan selamat dari bahaya. Jangan sampai orang hidup di dunia mencari uang saja sampai kesusahan.” tutup Mbah Moen.
Rebo Wekasan tidak melulu dihubungkan dengan stigma negatif seperti keyakinan oleh orang-orang Jahiliyah. Walaupun begitu, penjelasan dari Ulama ahli kasyaf, juga memiliki validitasnya. Mereka menganjurkan berbagai amalan, termasuk banyak berdoa, beristigfar, dan bersedekah pada hari tersebut.
Namun, perlu dicatat bahwa para Ulama ini selalu menekankan bahwa segala hal bergantung pada Allah SWT. Beliau meyakini bahwa penyakit dan kesembuhan semuanya berasal dari Allah, dan tidak ada hari atau waktu tertentu yang membawa kesialan.
Bahkan, beberapa ulama dan tokoh sufi menyatakan bahwa apa pun yang dimulai pada hari Rabu akan mendatangkan berkah dan kesempurnaan. Beberapa kiai bahkan memilih untuk memulai pengajian pada hari Rabu untuk memperoleh keberkahan.
Sumber : NU Online