Saat ini merupakan bulan Ramadhan, bulan suci yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia. Sebagai bulan penuh berkah, Ramadan dianggap sebagai kesempatan yang luar biasa bagi umat Islam untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT dengan beribadah dan berbuat kebaikan sebanyak mungkin. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pada saat ini kita sebagai umat Islam berlomba-lomba beribadah dan berbuat kebaikan di bulan Ramadan. Namun, tahukah kamu alasan dibalik penamaan Ramadhan? Mengapa bulan yang begitu istimewa ini diberi nama Ramadhan?

Menurut sejarah, penamaan bulan Ramadhan berasal dari kata Arab “Ramad” yang berarti panas yang sangat terik atau terbakar. Hal ini terkait dengan iklim di Arab Saudi pada waktu itu, di mana bulan Ramadan jatuh pada musim panas. Sehingga suhu yang sangat panas dan terik inilah yang kemudian menjadi sumber nama Ramadhan. Kata “Ramadhan” (رمضان) adalah derivat dari kata “al-ramdla’(الرمضاء) yang berarti “bebatuan yang panas (الحجارة الحارة).”

Baca juga: Lengkap! Jadwal Kajian Ramadhan di Ma’had Jawi – Ma’had Jawi (mahadjawi.com)

Lebih lanjut, para ulama juga menjelaskan bahwa kata ‘ramadhan’ (رمضان) diambil dari kata ‘ramidha’ (رَمِضَ) yang memiliki arti panas. Adapun makna dari panas tersebut yaitu membakar atau menghapus dosa-dosa orang yang berpuasa. Dalam riwayat  Anas bin Malik radliya Allahu ‘anhu, Rasulullah bersabda:

 وَقَدْ رَوَى أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّمَا سُمِّيَ رَمَضَانُ لِأَنَّهُ يَرْمِضُ الذُّنُوبَ

Artinya, “Dan sungguh, Anas bin Malik telah meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw telah berkata: Sesungguhnya, dinamakan Ramadhan karena membakar dosa.”   

Imam Sulaiman bin Muhammad bin Umar al-Bujairami al-Mishri merangkum alasan penamaan-penamaan tersebut dalam kitabnya. Beliau menyebutkan bahwa penamaan Ramadhan dilatarbelakangi oleh beberapa faktor seperti karena pada bulan Ramadhan dosa-dosa kita dihilangkan, karena hati kita menerima panasnya nasihat, dan karena pada zaman dahulu bertepatan dengan musim panas. Dalam kitabnya disebutkan:

لِأَنَّهُ يُرْمِضُ الذُّنُوبَ أَيْ يُحْرِقُهَا، وَقِيلَ: لِأَنَّ الْقُلُوبَ تُؤْخَذُ فِيهِ مِنْ حَرَارَةِ الْمَوْعِظَةِ، وَقِيلَ : سُمِّيَ رَمَضَانَ لِأَنَّهُمْ لَمَّا نَقَلُوا أَسْمَاءَ الشُّهُورِ عَنْ اللُّغَةِ الْقَدِيمَةِ سَمَّوْهَا بِالْأَزْمِنَةِ الَّتِي وَقَعَتْ فِيهَا فَوَافَقَ زَمَنَ الْحَرِّ وَالرَّمَضِ

Artinya, “Sesungguhnya, (dinamakan Ramadhan) karena menghilangkan dosa-dosa, atau membakar (dosa-dosa). Dikatakan (menurut satu pendapat), karena hati menerima panasnya nasihat (mauidzah). Dikatakan (pula), dinamakan Ramadhan karena masyarakat terdahulu ketika memberi nama pada bulan-bulan dengan bahasa terdahulu, mereka menamakan bulan dengan musim yang bertepatan pada bulan tersebut, dan Ramadhan bertepatan dengan musim panas.” (Imam Bujairami, Hasiyah al-Bujairami ‘alal Khatib, [Beirut, Darul Fikr: 1995], juz XII, halaman 43).

 

sumber: NU Online

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *